Hikmah Tragedi Raja Midas

Rabu, 21 Oktober 2009 ·

 Dalam sebuah mitologi Yunani, digambarkan ada seorang raja yang bernama Midas. Raja yang sombong lagi serakah. Karena keserakahannya semua harta ingin dikuasainya. Istana yang megah, harta yang banyak tidak membuat Sang Raja menjadi puas. Raja satu ini terus berusaha untuk menambah hartanya. Istana yang megah, gudang yang sudah dipenuhi harta karun, ternak yang banyak, hasil bumi yang berlimpah belum menjadikan raja Midas puas.
Suatu hari Midas berfikir, bumi dapat menumbuhkan tanaman, sehingga menjadi banyak. Ternak bisa beranak sehingga menjadi banyak. Aku ingin semua berlangsung lebih cepat. Agar kekayaanku berlipat dalam waktu yang singkat. Alangkah baiknya kalau semua ternaku berupa emas, semua kebun berupa emas, semua sungai yang mengalir di istanaku mengalirkan emas. "Ho... Hoo.... Hooo, tentu aku akan menjadi yang terkaya di jagat raya ini  ", ujar Midas rakus.
"Tentu hal ini menjadi mudah, jika tanganku menjadi sakti, tangaku dapat mengubah apa saja menjadi emas. Ya aku harus memiliki tangan ajaib, jika semua benda yang kusentuh menjadi emas, tentu aku akan kaya raya".
Raja Midas termenung memikirkan bagaimana caranya agar tanganya berubah menjadi ajaib. Tangan yang dapat mengubah apa saja yang disentuh menjadi emas. Dia tersungut-sungut memikirkan bagaimana caranya, tiba-tiba di bangkit dan melompat. "Aku tahu caranya, bukankah aku punya dewa yang dapat mengubah semuanya, Ha.... Haa... Haaa, aku akan menjadi raja terkaya di alam semesta".
Akhirnya Raja Midas menghadap sanga Dewa yang sakti. Seperti kebanyakan rakyat Yunani, Raja Midas juga pemuja Dewa. Di Yunani ada banyak sekali dewa.
"Wahai Sang Dewa, Aku yang selama ini menjadi pengabdimu hari ini mengajukan permintaan " Ujar Midas.
"Apa yang kau inginkan, Midas ?" tanya Sang Dewa
"Sang Dewa, saat ini aku sudah kaya raya, tetapi belum terkaya di alam semesta" , lanjut Midas.
"Lalu Bagaimanna, Midas?" Dewa Keheranan dengan kerakusan yang dimiliki Midas. Karena Sang Dewa sudah tahu Midas, merupakan raja yang kaya raya. Hartanya tidak akan habis dimakan 27 turunan.
"Aku ingin punya tangan ajaib, Dewa!", lanjut Midas
"Maksudmu....?" Dewa semakin heran, sambil mengeryitnya dahinya.
"Aku ingin, tangan yang ajaib. Semua yang kusentuh dengan tangaku maka akan berubah menjadi emas"
"Midas, pikirkan dulu permintaanmu. Jangan-jangan kamu menyesal nantinya!" Seru Dewa.
"Tidak, Dewa. Aku sudah memikirkan sejak lama. Jika tanganku ajaib maka aku akan menjadi sangat kaya" Ujarnya mantap.
"Baiklah kalau begitu, permintaanmu aku kabulkan. Kamu akan memiliki tangan ajaib. Tanganmu dapat mengubah semua yang kamu sentuh menjadi emas." Jawab Dewa. Seketika Dewa menghilang dari hadapan Midas.
"Terima kasih Dewa, terima kasih". Midas berjingkrak kegirangan. Midas kembali ke karajaan. Kemudian dia sentuh sapu tangan tiba-tiba berubah menjadi emas. Dia sentuh kursi juga berubah menjadi emas. Di sentuhnya tanaman juga berubah menjadi emas.
Dengan terus bernafsu Midas, menyentuh semua benda, dinding lantai dan pilar-pilar istanya digelayutinya dan ajaib semua berubah menjadi emas.
Sungai yang mengalir di istanya juga demikian, air yang mengalir disentuhnya dan seketika berubah menjadi bongkahan emas.
Seharian Midas, mengubah semua benda di istananya menjadi emas. Lupa makan, lupa anak, istri. Ketika sudah seharian bekerja, perutnya merasa lapar. Kemudian minta pelayan menyediakan makanan.
Disentuhnya piring dan berubah menjadi emas, ketika nasi yang ada dipiring disentuhnya juga berubah menjadi emas, demikian juga sayur, buah dan semua hidangan di hadapannya.
Midas meraung karena semua yang dihadapannya berubah menjadi emas. Sekarang Midas tidak dapat makan, tidak dapat minum. Kemudian di panggilnya sang permaisuri, dipeluknya sang istri. Tiba-tiba sang istri juga berubah menjadi Emas. Demikian juga anak berubah menjadi emas.
Akhirnya semua rakyatnya menjauhi, karena takut disentuh sang Raja. Akhirnya Midas gila karena tidak dapat makan, dan semua menjauhinya. Lama-kelamaaan Midas mati dengan emasnya yang berlimpah.
Mati karena keserakannya. Mati karena rakusnya. Mati karena rakus.
Banyuasin, Oktober 2009
| More

0 komentar:

Posting Komentar