Kamis, 15 Maret 2018 · 0 komentar
Disiplin siswa juga tanggung jawab orang tua (Menanggapi orang tua yang protes rambutnya dipotong sekolah)

Hari ini saya terperanjat ada orangtua di salah satu SD di kalidoni Palembang yang protes di harian Sumeks karena rambutnya dipotong guru, mengapa harus protes?
Saya sebagai orang, saya juga punya anak,  beberapa kali anak saya juga rambutnya dipotong guru, karena melebihi ketentuan dari 2 cm. Saya tidak protes, karena jika saya protes pasti anak saya merasa dibela dengan kesalahan yang dilakukan, efeknya ia akan merasa benar. Jika hal ini terjadi ia akan berani melawan guru, karena didukung orang tua dan merasa dirinya tidak bersalah.
Saya memberi pelajaran kepada anak saya bahwa berani melanggar peraturan harus berani menanggung resiko dan akibatnya. Inilah yang namanya mendidik, sehingga anak menjadi berani menerima keadaan. Inilah yang membuat anak-anak menjadi dewasa dan tidak kerdil mental. Orang tua harus mendukung anaknya dengan cara yang baik tanpa harus membela dengam membabi buta, karena hal ini akan menjerumuskannya ke kenakalan yang lebih besar dan berat. Hal ini akan lebih merepotkan kita sebagai orang tua dan sekolah.
Karena anak adalah masa depan kita maka kita wajib mendidik agar belajar dengan keadaan, lingkungan dan peraturan. Jarang sekali dijumpai guru memberikan pendidikan untuk menghukum, karena mendidik bukanlah perkara yang mudah, perlu ilmu, stategi dan dukungan orang tua.
Banyak orang tua yang belum menyadari bahwa orangtua juga mempunyai tanggung jawab karena anak lebih lama di rumah daripada di sekolah. Kita bersyukur kepada para guru yang telah memberikan jiwa dan raganya untuk pendidikan.
Bagaimana kalau guru di sekolah itu cuek, tidak perduli dengam siswanya, rambut panjang dibiarkan, tidak disiplin dibiarkan, terlambat dibiarkan APA YANG AKAN TERJADI DENGAN ANAK ANAK KITA? 
Mari kita belajar, memberikan dukungan kepada anak dengan memberikan pendidikan yang baik kepada anak anak kita dan belajar refleksi diri sendiri, jangan serta merta menyalahkan apa yang dilakukan guru di sekolah.
Jika kita tidak berkenan dengan cara cara pendidikan di sekolah itu, pindahkan saja anak anak kita ke sekolah lain. Begitu saja kok repot.

Fungsi Otak

· 0 komentar
-->1. Latar Belakang
Otak Anak-Anak, Bagaimana Cara Berkembangnya, Bagaimana Orang Tua Dapat Membantu. Oleh J. Madeleine Nash, merupakan tulisan dalam Majalah Time yang diterbitkan oleh Tira Pustaka untuk PT. Tigaraksa Satria. Tulisan ini di muat dalam majalan Time, Edisi 3 Februari 1997.
Tulisan ini saya peroleh secara tidak sengaja di Surabaya ketika mengikuti pelatihan dan pembekalan Trainer Of Trainer yang diadakan oleh Departemen Pendidikan Nasional pada tahun 2003, atau tepatnnya sudah 4 tahun tulisan ini saya peroleh. Pada saat itu yagn memberikan materi seharusnya ibu Cony Semiawan, tetapi karena tidak hadir maka digantikan oleh asistenya, entah siapa namanya saya sudah lupa.

2. Penulisan judul
Pada saat itu diperkenalkan beberapa jurnal, tulisan ilmiah, yang berkaitan dengan psikologi perkembangan anak. Dari penjelasnnya saya berusaha menelusuri beberapa literatur tentang pendidikan dan perkembangan anak seperti yang diungkap penyaji pada saat itu. Akhirnya saya menemukan tulisan yang berjudul  Otak Anak-Anak, Bagaimana Cara Berkembangnya, Bagaimana Orang Tua Dapat Membantu. Oleh J. Madeleine Nash.  Sebenarnya tulisan ini memiliki dua buah judul, judul di atas merupakan judul yang tertulis pada cover paling depan, sedangkan pada halaman pembahasan tertulis Otak Yang Subur. Judulnya simpel dan tertulis dengan ukuran ¼ halaman tentu judul yang fantantis. Judul ini langsung menggiring kita untuk membaca isi dari tulisan ini. Judul yang dibuat tidak seperti kebanyakan tulisan yang dibuat di Indonesia yang kadang-kadang panjang-lebar, bahkan dari judul kita sudah dapat mengetahui isinya. Sudah saatnya tulisan-tulisan di Indonesia juga menggunakan judul-judul seperti yang diungkapkan oleh Nash, judul simpel jelas, padat dan menantang untuk dibaca.
Saya berpendapat bahwa judul pada cover paling depan untuk memberikan secara keseluruhan isi dari majalah sub bahasan ilmiah yang terdiri dari beberapa tulisan, dan memang didapati tulisan-tulisan pendukung yang ditulis orang lain bahkan dalam terdapat sajak yang sangat terkenal seperti berikut ini:

MENDIDIK ANAK
Jika anak dicela
Ia akan terbiasa menyalahkan
Jika anak dimusuhi
ia akan terbiasa menentang
Jika anak dihantaui ketakutan
Ia akan terbiasa merasa cemas
Jika akan dikasihani
Ia akan terbiasa meratapi nasibnya
Jika akan dikelilingi olok-olok
Ia akan terbiasa menjadi pemalu
Jika anak dikitari rasa iri
Ia akan terbiasa merasa bersalah
.........   
“sungguh indah dunia ini!”
Bagaimana anak anda ?
                                       (Dorothy Low Nolte)


1.      Setting Kegiatan
Tulisan ini dibuat di Amerika Serikat, dimungkingkan di tulisan di California dan penulis merupakan salah satu staf di Universitas Of California, Berkeley. Semua seting, contoh diambil dari Amerika tidak satupun dari tempat lain. Penulis berasumsi penulis merupakan orang asli Amerika dan tidak begitu mengenal dunia lain, atau mungkin memang ilmu ini masih baru sehingga baru diujicobakan di Amerika Serikat.

2.      Bahasa Yang digunakan
Dari bahasa yang digunakan terlihat bahwa tulisan ini merupakan terjemahan, tetapi di dalamnya tidak tertulis sedikitpun siapa yang menerjemahkan. Mungkin juga penulis merupakan orang Amerika yang menguasai Bahasa Indonesia, bahkan mungkin orang Indonesia yang berada di Amerika Serikat.
Tapi dugaan yang paling besar tulisan ini memang hasil penerjemahan, karena dari susunan terlihat cirinya bahasanya tidak menggunakan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kita membacanya kadang-kadang sering menjumpai hukum MD, yang merupakan ciri dari Bahasa Inggris, sedangkan jika bahasa Indonesia menggunakan hukum DM.
Walaupun demikian bahasa yang digunakan bisa dibaca dan dicerna dengan baik, karena memang cara penerjemahannya juga sangat baik. Penerjemah terlihat memiliki keahlian juga dibidang yang dibicarakan sehingga tidak pengertian yang kabur baik secara ilmiah, pendidikan atau secara biologi.

3.      Isi Makalah
Pertama kali membaca ulasan ilmiah yang masih sangat ”gress” itu membuat kening berkernyit entah rasa kagun atau entah rasa bingung, ini adalah tulisan luar biasa dan belum banyak dikenal orang meskipun sudah diungkapnya 10 tahun yang lalu. Saya tergelitik dengan ucapan Prof Waspodo, guru besar Unsri yang memberikan mata kuliah perencanaan pendidikan yang banyak bersinggungan dengan sumber yang saya baca. Dan saya juga teringat dengan tulisan-tulisan yang diungkapkan oleh Prof Andi Hakim Nasution guru besar dan ahli matematika dari IPB yang hidup dari menulis. Semuanya sangat mirip, terutama tentang pendidikan anak dan juga pada kerja otak kanan dan otak kiri.
J. Madeleine Nash, saya kira adalah seorang psikiater atau psikolog, atau juga mungkin seorang ahli dokter anak yang mempunyai wawasan pendidikan sangat luas, dia mampu menjelaskan perkebangan-perkembangan otak anak pada setiap tahapan dengan ”gamblang” dan mapan.
Pada awal pembahasannya beliau mengutip pendapat ahli neorobiologi Carla Shatz dari Universitas California, Berkeley: ” Kertak-kertuk, kertak-kertuk, kertak-kertuk. Kalau saja ilmuwan dapat menguping otak pada sebuah janin 10 atau 12 Minggu, mereka akan mendengar hiruk pikuk yang mencengangkan....” Suatu prolog yang sangat menarik dan membawa kita untuk terbang membayangan apa yang terjadi pada awal kehamilan seseorang,
Perkembangan otak anak manusia sudah dimulai sejak di dalam kandungan, pada saat dikandungan mata manusia tidak berbuat banyak untuk mempengaruhi perkembangan janin kecuali dengan memberikan masukan makanan yang bergizi sehingga bayi memiliki asupan makanan bergizi memadai. Penyebab adanya ketidakberesan pada bayi setelah lahir seperti elipsi, keterlambatan mental, eliplepsi rupanya merupakan akibat ketidakberesan dalam perkembangan terungkap pada halaman 4 kolom terakhir.
Pada saat bayi dilahirkan konon sudah memiliki 100 neuron, atau kira-kira sebanyak bintang dalam galaksi bima sakti, dan terdapat pula satu trilyun sel glia. Satu kalimat ini meunjukan penulis merupakan seorang ilmuwan yang memahami ilmu alam baik fisika maupun biologi. Di halaman selanjutnya penulis menggambarkan gambar merangkai otak, penulis berusaha menvisualkan kegiatan-kegiatan perkembangan otak sehingga orang yang tidak memahami ilmu biologi dapat memahami lebih jelas tentang perkembangan otak. Disana digambarkan ada sel syaraf (neuron) mengalami perkembangan, neuron yang bertahan mengeluarkan akson, dan diujung-ujung akson muncul penghubung ke banyak sasaran, sedangkan yang tidak diperkuat dengan penghubung akan mengalami atrofi dan lenyap. Hal ini menurut penulis terjadi pada kurun waktu 0-10 tahun, pada 3 tahun pertama kehidupan memiliki peranan yang pertama sebab sel-sel neuron mengalami perkembangan yang luar biasa dan masa ini merupakan masa perkembangan terpenting dalam kehidupan manusia. Pada masa ini fungsi otak akan menentukan bagaimana di usia anak-anak, remaja dan dewasa.
Pada usia di bawah sepuluh tahun anak mengalami perkembangan pada taraf emosial sesuai dengan proses pendidikan yang dialami, biasanya yang paling mempengaruhinya ada ibunya yang sangat dekat denganya. Anak-anak yang diajak bermain akan mengalami perkembangan sel 20% sampai 30% dibandingkan anak-anak yang tidak diajak bermain, pendapat ini ditunjukan dengan percobaan dengan tikus yang berada pada kotak berisi banyak barang mengalami perkembangan otak dan kreatifitas otak yang lebih baik dibandingkan dengan tikus yang diletakan pada kotak kosong.
Perkembangan anak pada usia ini juga sangat dipengaruhi oleh tindakan-tindakan yang dialami, anak-anak yang mengalami  gangguan perkembangan jika ibu yang mendidikan mengalami depresi yang melampiaskannya dengan anak. Anak yang juga akan memberikan stimusi pertahanan jika sering sering disakiti sebagai bentuk mempertahankan diri.
Secara umum tulisan ini cukup lengkap dan literatur yang digunakan juga kuat, sebagai gagasan untuk memperkenalkan hal-hal yang baru ditemukan dan dapat diterapkan pada kehidupan masyarakat terutama untuk guru dan orang tua untuk memperhatikan perkembangan anaknya terutama pada usia di bawah 3 tahun dan di bawah 10 tahun. Masa-masa inilah, masa yang paling menentukan di hari kemudian tentang kemampuan berfikir anak. Anak-anak yang berusia 18 tahun otaknya tidak lagi lentur atau berkembang tetapi hanya mengalami proses kemajuan dalam berfikir dan bernalar.
Dijelaskan juga secara rinci beberapa tahapan anak dalam merangkai penglihatan, merangkai perasaan, sumbangan pengalaman,  peranan pentinga sifat genetika. Tulisan ini memang sangat singkap dan padat karena tulisan yang bisa ditulisa dalam 1 buku tebal hanya ditulis kurang dari 10 halaman.

4.      Kekurangan
Tulisan ini kekurangnya adalah pada daftar pustaka, dalam tulisan ini tidak terlihat adanya daftar pustaka, walaupun dari sana-sini terdapat kutipan dari sana-sini secara ilmiah, mungkin daftar pustaka tidak begitu dianggap penting dalam tulisan ini yang ditonjolkan memang idenya untuk memperkenalkan ide-ide baru dan ilmu baru yang berupa ilmu terapan.

5.      Kesimpulan
Tulisan Otak Yang Subur atau Otak Anak-Anak, Bagaimana Cara Berkembangnya, Bagaimana Orang Tua Dapat Membantu. Oleh J. Madeleine Nash, merupakan gagasan baru yang di dalamnya terdapat beberapa pembahasan yaitu:
(1)   Perkembangan otak anak di dalam kandungan tidak dipengaruhi oleh manusia kecuali asupan makanan yang diberikan melalui ibunya
(2)   Usia 0 – 3 tahun otak anak mengalami perkembangan yang luar biasa, disini otak dibentuk cara beerfikirnya, cara mengkontruksi berdasarkan stimulis dan rangsangan-rangsangan dari lingkungan terutama dari ibunya
(3)   Usia 10 tahun merupakan tahapan akhir perkembangan otak
(4)   Pada usia 18 tahun maka otak tidak lagi mengalami pelenturan atau perkembangan

Tinjauan Kurikulum 2013

Selasa, 15 Desember 2015 · 0 komentar


1.      Tinjauan Kurikulum 2013
Hasil monitoring dan evaluasi pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang dilakukan Balitbang pada tahun 2010 juga menunjukkan bahwa secara umum total waktu pembelajaran yang dialokasikan oleh banyak guru untuk beberapa mata pelajaran di SD, SMP, dan SMA lebih kecil dari total waktu pembelajaran yang dialokasikan menurut Standar Isi. Di samping itu, dikaitkan dengan kesulitan yang dihadapi guru dalam melaksanakan KTSP, ada kemungkinan waktu yang dialokasikan dalam Standar Isi tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya.
Banyak kompetensi yang perumusannya sulit dipahami guru, dan kalau diajarkan kepada peserta didik sulit dicapai oleh peserta didik. Rumusan kompetensi juga sulit dijabarkan ke dalam indikator dengan akibat sulit dijabarkan ke pembelajaran, sulit dijabarkan ke penilaian, sulit diajarkan karena terlalu kompleks, dan sulit diajarkan karena keterbatasan sarana, media, dan sumber belajar.[1]
a.        Landasan Teori Kurikulum 2013
Ada beberapa factor yang menjadi landasan kurikulum 2013 yang saat ini secara bertahap mulai diberlakukan di Indonesia. Landasan tersebut meliputi landasan filosofis, psikologi, pedagogis, social, teoritis dan yuridis.
b.      Konsep Kurikulum 2013
Konsep kurikulum 2013 sebagai penyempurnaan dari kurikulum 2006, perbandingan antara kurikulum 2006 dan kurikulum 2013 adalah sebagai berikut.
Tabel 2 Perubahan Pola Pikir pada Kurikulum 2013 [2]
No
KBK 2004
KTSP 2006
Kurikulum 2013
1
Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari Standar Isi
Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari kebutuhan
2
Standar Isi dirumuskan berdasarkan Tujuan Mata Pelajaran (Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran) yang dirinci menjadi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran
Standar Isi diturunkan dari Standar Kompetensi Lulusan melalui Kompetensi Inti yang bebas mata pelajaran
3
Pemisahan antara mata pelajaran pembentuk sikap, pembentuk keterampilan, dan pembentuk pengetahuan
Semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan,
4
Kompetensi diturunkan dari mata pelajaran
Mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai
5
Mata pelajaran lepas satu dengan yang lain, seperti sekumpulan mata pelajaran terpisah
Semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti (tiap kelas)

c.         Pengertian
Kurikulum sebagaimana yang ditegaskan dalam pasal 1 ayat 19, Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.[3]
Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut: [4]
1)      mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik;
2)      sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar;
3)      mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat;
4)      memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan;
5)      kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar matapelajaran;
6)      kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti;
7)      kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antarmatapelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).
Dengan demikian Kurikulum 2013 adalah dirancang dengan tujuan untuk mempersiapkan insan Indonesia supaya memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warganegara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan peradaban dunia. Kurikulum adalah instrumen pendidikan untuk dapat membawa insan Indonesia memiliki kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sehingga dapat menjadi pribadi dan warga negara yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif.[5]


Struktur Kurikulum KELOMPOK MATA PELAJARAN

Selasa, 03 April 2012 · 0 komentar
STRUKTUR KURIKULUM
Dalam rangka mewujudkan pendidikan yang bermutu, maka SMAN 2 Banyuasin II menyusun struktur kurikulum sesuai dengan pedoman yang berlaku. Struktur Kurikulum SMAN 2 Banyuasin di dalamnya terkandung meliputi SKL 5 kelompok mata pelajaran, pendidikan karakter, Belajar Aktif, Ekonomi Kreatif. Unsur tersebut tersebar pada semua mata pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri.

• Kelompok Mata Pelajaran
Struktur Kurikulum merupakan kelompok mata pelajaran, dan mata pelajaran yagn harus ditempuh oleh siswa di setiap tingkatan. Sesuai dengan Standar Kelulusan (SKL) yang telah di tetapkan oleh Kepmendiknas nomor 23 tahun 2006 dan nomor 48 tahun 2008 tentang Standar Kelulusan (SKL) dan petunjuk pelaksanaan dari Badan Nasional Standar Pendidikan (BNSP) maka memuat kelompok mata pelajaran menjadi 5 kelompok yaitu:
1. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia
2. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian
3. Kelompok pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi
4. kelompok pelajaran estetika
5. kelompok pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan
Setiap kelompok mata pelajaran tersebut diimplementasikan ke dalam setiap kegiatan pembelajaran di SMA, Cakupan masing-masing kelompok mata pelajaran yang relevan adalah sebagai berikut:

Kelompok Mata Pelajaran dan Cakupannya

1. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia
Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, atau moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama

2. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian
Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dimaksudkan untuk peningkatan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, hak, dan kewajibannya dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara, serta meningkatkan kualitas dirinya sebagai manusia. Kesadaran dan wawasan termasuk wawasan kebangsaan, jiwa dan patriotisme bela negara, penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian lingkunan hidup, kesetaraan gender, demokrasi, tanggung jawab sosial, ketaatan pada hukum, ketaatan membayar pajak, dan sikap serta perilaku anti korupsi, kolusi dan nepotisme.

3. Kelompok pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi
Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada SMA dimaksudkan untuk memperoleh kompetensi lanjut ilmu pengetahuan dan teknologi serta membudayakan berfikir ilmiah secara kritis, kreatif dan mandiri.

4. Kelompok pelajaran estetika
Kelompok estetika dimaksudkan untuk meningkatkan sensitivitas, kemampuan mengekpresikan dan kemampuan mengapresiasi keindahan dan harmoni. Kemampuan mengapresiasi dan mengekpresi keindahan serta harmoni mencapai apresiasi dan ekspresi, baik dalam kehidupan individual sehingga menikmati dan mensyukuri hidup, maupun dalam kehidupan kemasyarakatan sehingga mampu menciptakan kebersamaan yang harmonis.

5. Kelompok pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan
Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan SMA dimaksudkan untuk meningkatkan potensi fisik serta membudayakan sikap sportif, disiplin, kerjasama dan hidup sehat. Budaya hidup sehat termasuk kesadaran sikap, dan perilakuk hidup sehat yang bersifat individual ataupun bersifat kolektif kemasyarakatan seperti kebebasan dari prilaku seksual bebas, kecanduan narkoba, HIV/AIDS, deman berdarah, muntaber, dan penyakit lain yang berpotensi untuk mewabah.

Pendidikan Karakter

· 0 komentar
Dalam rangka mewujudkan pendidikan di SMA yang Beriman, Bersih, Disiplin dan Cerdas maka sekolah melaksanakan pendidikan dengan mengacu pada pendidikan karakter. Penanaman pendidikan karakter dilakukan pada setiap mata pelajaran dengan memunculkan nilai-nilai karakter sesuai dengan proses pembelajaran yang disusun oleh guru mata pelajaran baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Penanaman karakter meliputi: pembiasan, terjadwal, dan spontan. Semua dilaksanakan dengan wadah sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan.

Pengembangan karakter dikembangkan sesuai dengan 18 Nilai Karakter bangsa yang tercantum dalam Pedoman Pendidikan Karakter yaitu:
  1.  Religius: Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
  2. Jujur: Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
  3. Toleransi: Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama,suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
  4. Disiplin: Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
  5. Kerja Keras: Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
  6. Kreatif: Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
  7. Mandiri: Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada
  8. Demokratis: Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
  9. Rasa Ingin Tahu: Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
  10. Semangat Kebangsaan: Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
  11. Cinta Tanah Air: Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
  12. Menghargai Prestasi: Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
  13. Bersahabat/Komuniktif: Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
  14. Cinta Damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
  15. Gemar Membaca Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
  16. Peduli Lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
  17. Peduli Sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
  18. Tanggung-jawab Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

PENGEMBANGAN DIRI DI SEKOLAH

Rabu, 14 Maret 2012 · 0 komentar
KEGIATAN PENGEMBANGAN DIRI
Pengembangan diri merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran sebagai bagian integral dari kurikulum sekolah/madrasah. Kegiatan pengembangan diri merupakan upaya pembentukan watak dan kepribadian peserta didik yang dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling berkenaan dengan masalah pribadi dan kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan pengembangan karir, serta kegiatan ekstrakurikuler yang dipilih sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan sekolah. Untuk satuan pendidikan khusus, pelayanan konseling menekankan peningkatan kecakapan hidup sesuai dengan kebutuhan khusus peserta didik.
Kegiatan pengembangan diri berupa pelayanan konseling difasilitasi/dilaksanakan oleh konselor dan kegiatan ekstrakurikuler dapat dibina oleh konselor, guru dan atau tenaga kependidikan lainnya sesuai dengan kemampuan dan kewenangannya. Pengembangan diri yang dilakukan dalam bentuk kegiatan pelayanan konseling dan kegiatan ekstrakurikuler dapat mengembangkan kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari peserta didik.
Pengembangan diri meliputi kegiatan terprogram dan tidak terprogram. Kegiatan terprogram direncanakan secara khusus dan diikuti oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pribadinya. Kegiatan tidak terprogram dilaksanakan secara lansung oleh pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah/madrasah yang diikuti oleh semua peserta didik.

Kegiatan terprogram terdiri atas dua komponen:
1. Pelayanan konseling, meliputi pengembangan:
a. kehidupan pribadi
b. kemampuan sosial
c. kemampuan belajar
d. wawasan dan perencanaan karir

2. Ekstrakurikuler, antara lain kegiatan:
a. kepramukaan, latihan dasar kepemimpinan siswa (LDKS), palang merah remaja (PMR), pasukan pengibar bendera (PASKIBRA).
b. kegiatan ilmiah remaja (KIR),
c. seni dan budaya, olahraga, cinta alam, jurnalistik, teater, keagamaan
d. seminar, lokakarya, pameran/bazar
TEKNIK PELAKSANAAN

1. Kegiatan pengembangan diri secara terprogram dilaksanakan dengan perencanaan khusus dalam kurun waktu tertentu untuk memenuhi kebutuhan peserta didik secara individual, kelompok, dan atau klasikal melalui penyelenggaraan:

a. Kegiatan layanan dan kegiatan pendukung konseling
b. Kegiatan ekstrakurikuler.

2. Kegiatan pengembangan diri secara tidak terprogram dapat dilaksanakan sebagai berikut.
a. Rutin, adalah kegiatan yang dilakukan secara terjadwal dan terus menerus,seperti: upacara bendera, senam, ibadah khusus keagamaan bersama, keberaturan, pemeliharaan kebersihan dan kesehatan diri.
b. Spontan, adalah kegiatan tidak terjadwal dalam kejadian khusus seperti: pembentukan perilaku memberi salam, membuang sampah pada tempatnya, antri, mengatasi silang pendapat (pertengkaran).

c. Keteladanan, adalah kegiatan dalam bentuk perilaku sehari-hari yang dapat dijadikan teladan, seperti : berpakaian rapi, berbahasa yang baik, rajin membaca, memuji kebaikan dan atau keberhasilan orang lain, datang tepat waktu.

Kegiatan-kegiatan tersebut tidak direncanakan secara tersendiri melalui kegiatan pelayanan konseling dan kegiatan ekstrakurikuler, tetapi bisa merupakan program sekolah dan dilaksanakan sebagai bentuk kegiatan pembiasaan.